• Cegah Peningkatan HIC, Kemenkes Lakukan PMTS dan TOP

    Tingginya jumlah pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia mendorong Kemenkes fokus terhadap pencegahan penyebaran virus tersebut melalui program PTMS (Pencegahan Transmisi...

  • Seks Bebas Penyebab Utama HIC/AIDS Di Sumbar

    Data Dinas Kesehatan Sumatera Barat (Sumbar) menyatakan jumlah angka penderita HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) terus meninggi. Meningkatnya...

  • Bantuan Dana AIDS Berkurang Karena Indonesia Dinilai Mampu

    Dukungan pendanaan dari Global Fund untuk penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia akan terus menurun.Ini dikarenakan Indonesia sudah masuk ke dalam kategori low middle income country...

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, January 26, 2017

Cegah Peningkatan HIV, Kemenkes Lakukan PMTS Dan TOP



Tingginya jumlah pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia mendorong Kemenkes fokus terhadap pencegahan penyebaran virus tersebut melalui program PTMS (Pencegahan Transmisi Menular Seksual) dan program TOP (Temukan Obati dan Petahankan) pada kelompok kunci atau rentan virus HIV.

Siti Nadia, Kasubdit HIV, AIDS dan Penyakit Menular Seksual Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian Kesehatan, mengatakan melalui program PTMS dan TOP (Temukan Obati dan Pertahankan) kepada kelompok kunci yang rentan terhadap virus ini sebagai langkah akselerasi pencegahan virus HIV yang masih tinggi di Indonesia.

“Kelompok kunci menjadi prioritas utama karena kelompok kunci inilah yang sangat rentan terhadap penyebaran virus HIV,” tuturnya Minggu (25/1/2015).

Adapun kelompok kunci yang dinilai sangat rentan terhadap virus HIV, antara lain pekerja seksual, pengguna narkoba suntikan (penasun), waria dan transgender, penderita TB, ibu hamil, penderita infeksi menular seksual, pasangan ODHA (orang dengan HIV dan AIDS), pasien hepatitis, orang yang tinggal di daerah epidemi HIV hingga warga binaan pemasyarakatan.

Menurutnya, melalui program pencegahan transmisi menular seksual (PMTS) dan melakukan deteksi dini dengan strategi temukan obati dan pertahankan (TOP) yakni dengan menawarkan tes HIV secara rutin kepada kelompok kunci minimal setiap 6 bulan sekali dinilai akan mencegah percepatan penyebaran virus ini.

Selain itu, memberikan obat artinya segera minum obat Anti Retrovirus (ARV) tanpa harus melihat nilai CD4nya pada kelompok kunci seperti ibu hamil, koinfeksi TB HIV dan hepatitis, dan ODHA dengan CD4 kurang dari 350.

“Dan yang dimaksud pertahankan dalam program TOP ini adalah kegiatan untuk mempertahankan kepatuhan terjadap pengobatan ARV dengan melibatkan dukungan komunitas ODHA dan LSM,” katanya.

Ia menambahkan memilih intervensi pencegahan yang sesuai dengan pola penularan HIV seperti program rumatan dan metadon untuk menghilangkan ketergantungan terhadap penggunaan alat suntik dan penyedian alat suntik steril.Selain itu, menyediakan pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan dapat di akses dan di manfaatkan oleh Orang yang terinfeksi HIV (ODHA).

“Dan program-program pencegahan lainnya akan terus dilakukan a.l. melalui kampanye Aku Bangga Aku Tahu atau ABAT yang menyasar masyarakat di usia 15-24 tahun,” tambahnya.



sumber: http://lifestyle.bisnis.com/read/20150125/106/394864/cegah-peningkatan-hiv-kemenkes-lakukan-pmts-dan-top-
- See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/news/6197/3/26/01/2015/Cegah-Peningkatan-HIV-Kemenkes-Lakukan-PMTS-Dan-TOP#sthash.oL0D6MJn.dpuf
Share:

Seks Bebas Penyebab Utama HIV/AIDS di Sumbar


Data Dinas Kesehatan Sumatera Barat (Sumbar) menyatakan jumlah angka penderita HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) terus meninggi. Meningkatnya kasus tersebut disebabkan oleh hubungan seks luar nikah, bukan karena penggunaan jarum suntik narkoba, seperti sebelumnya.

Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Rosnini Savitri mengatakan angka penderita HIV/AIDS hingga akhir tahun 2014 di daerah ini, sebanyak 923 kasus HIV dan 1.173 kasus AIDS, terhitung sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1992 di Ranah Minang.

Meningkatnya kasus AIDS, karena kasus HIV yang ditemukan 5 tahun sebelumnya, yang kemudian menjadi AIDS.  AIDS merupakan penyakit yang berasal dari virus HIV. Virus HIV membutuhkan waktu 5 tahun menjadi AIDS.

Temuan kasus HIV terbaru, lebih banyak disebabkan oleh hubungan seks bebas atau luar nikah. Sementara kasus HIV yang lama, disebabkan penggunaan jarum suntik narkoba yang dipakai secara bergantian oleh pemakai.  Jumlah penderita yang terbanyak, masih di Kota Padang. Kasus tersebut terbanyak di Kota Padang karena jumlah penduduknya terbanyak daripada kabupaten/kota lain di Sumbar.

Untuk menekan angka penderita HIV/AIDS di Sumbar, Dinas Kesehatan Sumbar membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di setiap kabupaten/kota. KPA terus menyosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS, cara pencegahannya, gejala yang dialami seseorang apabila mengidap HIV/AIDS, dan sebagainya.

Sedangkan hasil penelitian, selama enam bulan pada satu rumah sakit di Kota Bukittinggi yang dilaksanakan mahasiswa STIkes Fort de Kock Bukittinggi, terdapat 47 orang penderita baru HIV/AIDS di kota wisata tersebut. Penelitian dilakukan Januari-Juli 2014. Dari hasil penelitian itu juga diketahui 49,6 persen pasien tertular AIDS melalui jarum suntik, 40,3 persen tertular melalui seks bebas, 6,2 persen tertular melalui konsumsi Narkoba Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) dan 3,9 persen tertular melalui Lelaki Seks Lelaki (LSL).

Di rumah sakit tersebut ditemui 127 penderita AIDS, yang mana 82 orang di antaranya, atau sekitar 64 persen berjenis kelamin laki-laki, dan 47 orang atau 36 persen berjenis kelamin perempuan.

Pada umumnya penderita AIDS itu berada pada usia reproduktif, di antaranya tiga orang atau 2,5 persen berusia 10 hingga 20 tahun, 30 orang atau 23,4 persen berusia 21 hingga 30 tahun, 75 orang atau 58 persen berusia 31 hingga 40 tahun, dan 21 orang atau 16,3 persen berusia 41 hingga 50 tahun.

Kasus HIV/AIDS menjadi masalah yang paling serius di kota yang terkenal dengan Jam Gadang dan kuliner Rumah Makan Nasi Kapaunya. Bukittinggi berada pada peringkat kedua tertinggi jumlah penderita HIV/AIDS di Sumbar pada tahun 2014 setelah Padang, dengan jumlah pasien yang terdaftar di salah satu rumah sakit di Bukittinggi berjumlah 150 orang.

Masyarakat Kota Bukittinggi dan Sumbar pada umumnya tidak perlu kaget dengan tingginya angka penderita dan tergejala HIV/AIDS di kota tersebut. Karena memang persoalan HIV/AIDS merupakan salah satu tantangan dari sebuah kota wisata yang banyak dikunjungi turis asing dan lokal setiap hari.

Para wisatawan tersebut sebagian di antaranya ada yang memiliki kebiasaan buruk, seperti gonta ganti pasangan, mengkonsumsi narkoba melalui jarum suntik yang digunakan secara bersama-sama dan lain sebagainya. Melalui media hubungan seks bebas, penggunaan jarum suntik secara bergantian, transfusi darah dan lain sebagainya.

Sehubungan dengan data yang telah terungkap ke publik, maka pihak-pihak terkait di Kota Bukittinggi dan Sumbar pada umumnya mesti menangani masalah ini secara serius. Para penderita atau orang yang terjangkit HIV/AIDS mesti perlakukan dengan baik.

Bukan maksud ingin  mengucilkan orang yang tertular atau terkena HIV/AIDS, tapi karena keberadaan dan kegiatan mereka harus terpantau.

Terkait dengan penanganan HIV/AIDS, pemerindah daerah tidak hanya sibuk mengurus peningkatan pariwisata, namun lupa mempersiapkan dampak dari peningkatan pariwisata itu sendiri. Padahal seks bebas, penggunaan jarum suntik beramai-ramai saat mengkonsumsi narkoba, transfusi darah merupakan media yang paling  banyak menjadi penghantar berjangkitnya HIV/AIDS. **


sumber: http://www.harianhaluan.com/index.php/haluan-kita/37575-seks-bebas-penyebab-utama-hivaids-di-sumbar-
- See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/news/6199/3/28/01/2015/Seks-Bebas-Penyebab-Utama-HIVAIDS-di-Sumbar-#sthash.V3wdklUL.dpuf
Share:

Bantuan Dana AIDS Berkurang Karena Indonesia Dinilai Mampu



Dukungan pendanaan dari Global Fund untuk penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia akan terus menurun.Ini dikarenakan Indonesia sudah masuk ke dalam kategori low middle income country,  di mana pemerintah dianggap sudah cukup mampu membiayai program penanggulangan AIDS secara mandiri.

 Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Kemal Siregar, mengatakan, dalam empat tahun mendatang, pemerintah Indonesia dituntut untuk mampu membiayai sekurangnya 80 persen dari seluruh kebutuhan penyelenggaraan program penanggulangan AIDS secara nasional.

Berdasarkan penilaian dana penanggulangan AIDS (National AIDS Spending Assessment/NASA), total kebutuhan biaya untuk penanggulangan AIDS di Indonesia pada tahun 2014 sebesar US$ 104,714,000.Kebutuhan ini terus meningkat di mana pada tahun 2019 diperkirakan naik menjadi US$ 184,706,000. Namun diperkirakan masih terdapat kekurangan biaya sebesar US$ 109, 120,000 pada tahun tersebut.

“KPAN telah mendorong pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah untuk menganggarkan dana penanggulangan AIDS melalui APBN dan APBD. Hasil yang memuaskan terlihat dengan adanya peningkatan persentase penganggaran dari 42,4 persen pada tahun 2012 menjadi 56, 64 persen pada tahun 2014,” kata Kemal jelang pertemuan evaluasi pengelolaan dana hibah Global Fund untuk penanggulangan AIDS di Indonesia, di Hotel Ibis Cawang, Jakarta, Rabu (16/12).

Untuk dapat menutup seluruh biaya kebutuhan dan mengantisipasi berkurangnya dana dukungan luar negeri, KPAN  akan terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong partisipasi pemerintah nasional dan pemerintah daerah. Juga mendorong sektor swasta untuk terlibat secara aktif dalam upaya penanggulangan AIDS di Indonesia.

Upaya tersebut antara lain dengan meningkatkan efisiensi biaya, mengintegrasikan layanan HIV ke layanan kesehatan primer, melakukan pendekatan baru pendanaan lokal, serta mendorong terbentuknya kemitraan strategis antara sektor swasta dan komunitas.KPAN sendiri akan meninjau ulang penggunaan dana Global Fund untuk program penangulangan HIV/AIDS di Indonesia yang dikucurkan selama 6 tahun terakhir melalui pertemuan tingkat nasional yang diselenggarakan di Hotel Ibis Cawang, Jakarta, selama 16-19 Desember 2015. 

“Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi capaian dan realisasi penggunaan dana hingga tahun 2014, serta inventarisasi permasalahan untuk meningkatkan kinerja pada fase yang akan dating. Juga untuk konsolidasi rencana kerja periode tahun 2015-2017,” kata Kemal.

Akan hadir dalam pertemuan ini, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemko PMK Rachmat Sentika, Direktur Evaluasi Akuntansi dan Settlement Kementerian Keuangan Widjanarko, Direktur Pelaksanaan dan Anggaran Kementerian Keuangan Bilmar Parhusip, Staf Ahli Bidang Pemerintahan Kementerian Dalam Negeri Suhajar Diantoro, dan Kemal Siregar. [D-13/L-8]

 sumber: http://sp.beritasatu.com/nasional/bantuan-dana-aids-berkurang-karena-indonesia-dinilai-mampu/104465
- See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/news/6216/3/17/12/2015/Bantuan-Dana-AIDS-Berkurang-Karena-Indonesia-Dinilai-Mampu#sthash.gLYx3Va5.dpuf
Share:

Pemerintah Dituntut Mampu Biayai 80 Persen Kebutuhan AIDS



Dukungan pendanaan dari Global Fund untuk penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia akan terus menurun. Ini dikarenakan Indonesia sudah masuk ke dalam kategori low middle income country, di mana pemerintahnya dianggap sudah cukup mampu membiayai program penanggulangan AIDS secara mandiri.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Kemal Siregar, mengatakan, dalam empat tahun mendatang, pemerintah Indonesia dituntut untuk mampu membiayai sekurangnya 80 persen dari seluruh kebutuhan penyelenggaraan program penanggulangan AIDS secara nasional.

Berdasarkan penilaian dana penanggulangan AIDS (National AIDS Spending Assessment/NASA), total kebutuhan biaya untuk penanggulangan AIDS di Indonesia pada tahun 2014 sebesar US$ 104,714,000. Kebutuhan ini terus meningkat di mana pada tahun 2019 diperkirakan naik menjadi US$ 184,706,000. Namun diperkirakan masih terdapat kekurangan biaya sebesar US$ 109, 120,000 pada tahun tersebut.

“KPAN telah mendorong pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah untuk menganggarkan dana penanggulangan AIDS melalui APBN dan APBD. Hasil yang memuaskan terlihat dengan adanya peningkatan persentase penganggaran dari 42,4 % pada tahun 2012 menjadi 56,64 %pada tahun 2014,” kata Kemal jelang pertemuan evaluasi pengelolaan dana hibah Global Fund untuk penanggulangan AIDS di Indonesia, di Hotel Ibis Cawang, Jakarta, Rabu (16/12).

Untuk dapat menutup seluruh biaya kebutuhan dan mengantisipasi berkurangnya dana dukungan luar negeri, KPAN akan terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong partisipasi pemerintah nasional dan pemerintah daerah. Juga mendorong sektor swasta untuk terlibat secara aktif dalam upaya penanggulangan AIDS di Indonesia.

Upaya tersebut antara lain dengan meningkatkan efisiensi biaya, mengintegrasikan layanan HIV ke layanan kesehatan primer, melakukan pendekatan baru pendanaan lokal, serta mendorong terbentuknya kemitraan strategis antara sektor swasta dan komunitas.

KPAN sendiri akan meninjau ulang penggunaan dana Global Fund untuk program penangulangan HIV/AIDS di Indonesia yang dikucurkan selama 6 tahun terakhir melalui pertemuan tingkat nasional yang diselenggarakan di Hotel Ibis Cawang, Jakarta, selama 16-19 Desember 2015.

“Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi capaian dan realisasi penggunaan dana hingga tahun 2014, serta inventarisasi permasalahan untuk meningkatkan kinerja pada fase yang akan datang. Juga untuk konsolidasi rencana kerja periode tahun 2015-2017,” kata Kemal.

Akan hadir dalam pertemuan ini, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemko PMK Rachmat Sentika, Direktur Evaluasi Akuntansi dan Settlement Kementerian Keuangan Widjanarko, Direktur Pelaksanaan dan Anggaran Kementerian Keuangan Bilmar Parhusip, Staf Ahli Bidang Pemerintahan Kementerian Dalam Negeri Suhajar Diantoro, dan Kemal Siregar.

- See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/news/6217/3/17/12/2015/Pemerintah-Dituntut-Mampu-Biayai-80-Persen-Kebutuhan-AIDS#sthash.zd26M8Xz.dpuf
Share:

Hingga 2015, Komisi AIDS Kelola Dana Global 56,8 Juta Dollar

Sejak 2009 hingga akhir 2015, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) mengelola anggaran dari Global Fund for AIDS, Tuberculosis and Malaria (GFATM) sebesar US$ 56,878,927. Dana ini dimanfaatkan untuk mendukung program penanggulangan AIDS di 33 provinsi dan 141 kabupaten/kota di Indonesia.

Sekretaris KPAN, Kemal Siregar, mengatakan, dana ini juga dimanfaatkan untuk mendukung program penanggulangan AIDS yang dilaksanakan oleh 17 organisasi jaringan populasi kunci di tingkat nasional dan daerah,  utamnya di kalangan populasi gay, waria dan lelaki seks dengan lelaki (GWL).

“Anggaran ini juga untuk pengadaan logistik berupa kondom dan pelumas, pengadaan alat suntik, materi komunikasi edukasi dan informasi bagi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) serta Nadlatul Ulama (NU),” kata Kemal jelang kegiatan evaluasi pengelolaan US$ 56 juta dana hibah GF untuk penanggulangan AIDS di Indonesia, di Hotel Ibis Cawang, Jakarta, Rabu (16/12).

Menurut Kemal, dukungan pendanaan untuk penanggulangan AIDS juga dikucurkan GFATM melalui Kementerian Kesehatan, PKBI dan NU dengan total hibah sekitar US$ 136 juta sejak Juli 2010 hingga Juni 2015.

Pada akhir tahun 2015, GFATM kembali merencanakan untuk melanjutkan dukungan pendanaan penanggulangan AIDS melalui KPAN sebesar US$ 19,185,833 dengan periode komitmen hingga tahun 2017.

“Dana ini akan dimanfaatkan untuk meneruskan upaya-upaya yang telah dilakukan, sejalan dengan strategi dan rencana aksi nasional penanggulangan AIDS 2015-2019,” kata Kemal.

Sebagaimana diketahui, program penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dengan dukungan dana dari Global Fund telah berjalan selama 5 tahun. Pendanaan ini dimulai pada Juli 2009 di 12 provinsi dengan dukungan dana GF rounde 8 oleh penerima dana hibah (principle recipient/PR) KPAN, Kemkes dan PKBI.

Kemudian pada Juli 2010 dukungan dana diperluas ke 21 provinsi lain dengan dukungan dana GF rounde 9 oleh PR-KPAN, Kemkes, PKBI dan NU. Khusus untuk PR-KPAN dan Kemkes,  penanggulangan HIV/AIDS di 33 provinsi sejak Juli 2010 diintegrasi menjadi dukungan dana GF single stream of funding (SSF).

Menurut Kemal, dengan berakhirnya fase extension, yaitu Juli-Desember 2015, dan memasuki fase model pendanaan baru (new funding model/NFM) 2016-2017, maka perlu dilakukan evaluasi fase ekstension dan perencanaan NFM.

Pertemuan evaluasi di Hotel Ibis juga akan dihadiri Kemko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) dan Kementerian Keuangan/ Pertemuan ini, kata Kemal, diharapkan dapat memetakan permasalahan atau hambatan yang masih dihadapi dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Sebab, tantangan ke depan pasti akan lebih besar dan memerlukan koordinasi lintas.[D-13/L-8]



sumber : http://sp.beritasatu.com/nasional/hingga-2015-komisi-aids-kelola-dana-global-568-juta-dollar/104454
- See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/news/6218/3/17/12/2015/Hingga-2015-Komisi-AIDS-Kelola-Dana-Global-568-Juta-Dollar#sthash.sjuSHYjb.dpuf
Hingga 2015, Komisi AIDS Kelola Dana Global 56,8 Juta Dollar
- See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/news/6218/3/17/12/2015/Hingga-2015-Komisi-AIDS-Kelola-Dana-Global-568-Juta-Dollar#sthash.sjuSHYjb.dpuf
Share:

In Memorium Selamat Jalan Pak Darto

Syafaruddin Usman MHD
Catatan Syafaruddin Usman MHD

Masih segar dalam ingatan. Masih terngiang dipendengaran. Begitulah pertemuan, percakapan, dan perjumpaan yang ternyata yang terakhir kali, antara saya dan Pak Darto. Innalillahi waina Ilaihirajiun ... Pak Darto dengan lapang dan tenang menghembuskan napas yang terakhir. Sejak muda menyendiri, dan diakhir hayatnya pun ditempuh dengan kesendirian. Namun, tak sedikit kebaikan yang menemani, mengantarkan serta mengiringi kepergiannya.

Sejarawan, tokoh pendidik, sang guru yang bersahaja ini wafat dalam usia 83 tahun, setelah detak terakhir jantung kehidupannya tak lagi diteruskan, Rabu, 25 Januari sekitar pukul 5.

Pak Darto, meninggal dunia tanpa sakit yang diderita di usia senjanya. Karenanya, wajar bila tak sedikit mantan anak didiknya yang kini sudah banyak yang "jadi orang" melampaui sang guru, melepas dan mengantar keberangkatannya ke ala  barzah.

Sekitar sebulan lalu, saya bersama rekan sejawat Juniar Purba dan Poltak Johansen, bersama merayakan ulangtahun Pak Darto, 83 tahun. Tak ada tiup lilin, tak juga tepuk riuh, kecuali doa dan peluk cium hangat kami bertiga untuknya. Seketika itu, mata orangtua yang santun  bertutur dan ramah berbicara itu berkaca-kaca.

Terngiang dipendengaran saya kini, ketika itu Pak Darto yang kini sudah tiada di tengah-tengah kami berkata: Terima kasih anak-anakku, ini untuk pertamakalinya saya merayakan ulang tahun, seumur saya 83 tahun, tidak pernah saya lakukan. Bu Juniar, jangan doakan saya panjang umur, tapi doakan, semoga diusia saya yang sekarang ini hidup saya tetap bermanfaat untuk semua orang.

Itulah ungkapan lirih dengan tukus ikhlaa yang diucapkan pria yang hingga akhir hayatnya tetap sendiri ini. Saya tertegun, terkesima, tak  berkata apa-apa ketika itu, kecuali mengucapkan rasa syukur atas karunia Nya untuk sang pendidik kawakan ini.

Maka cukup mengagetkan buat saya, ketika pagi hari Rabu, 25 Januari saya mendapat kiriman pesan WA dari kolega saya yang mengabarkan Pak Darto telah tiada. Seyogyanya, siang harinya saya bermaksud menemui beliau di ruang kerjanya di Kantor Diknas Kalbar, selain seperti biasa bincang-bincang sejarah, juga mengantarkan pita mesin ketik untuknya. Pak Darto memang senang mengetik, meski sejumlah besar naskah yang saya terima darinya selama ink menggunakan tulisan tangan beliau.

Selain itu, saya juga bermaksud memberikan buku untuknya. Biasanya kalau saya kembali dari Jakarta, atau dari tempat lain di luar Kalbar, oleh-oleh khusus saya buat beliau adalah buku. Sepertinya, kami sama-sama penyuka dan penyinta buku.

Tak dibantah, Drs H Sudarto adalah sejarawan mumpuni Kalimantan Barat. Lelaki asal Yogyakarta ini sejak 1964 mewakafkan hidupnya sebagai pendidik di daerah ini. Mula-mula bertugas di Sambas, kemudian Pontianak, hingga sempat memegang beberapa posisi penting di lingkungan Dikbud Kalbar.

Pak Darto, begitu akrab almarhum disapa, adalah tokoh pendidik yang mempunyai rasa sosial yang tinggi. Setahu saya, gaji ataukah pensiun atau tunjangan lain yang beliau peroleh, diperuntukkan buat kemajuan pendidikan, dengan cara disumbangkan ke lembaga pendidik ataukah wakaf masjid.

Orang tua satu ini dikenal piawai, bersahaja, dan sangat jujur. Selain itu semua, Pak Darto adalah seorang yang taat beragama, dia adalah muslim yang soleh.

Dalam belasan tahun terakhir, saya dan beliau selalu tampil bersama mengisi seminar dan ceramah, serta sebagai narasumber di media elektronik televisi. Tutur katanya halus, kalimatnya terpelihara, intonasi ucapnya mengagumkan. Begitulah kesan yang saya dapat dari gaya bicara almarhum ini.

Saat saya bersama Juniar Purba dan Poltak Johansen menyambanginya, untuk merayakan usia ke 83 Pak Darto Nopember tahun lewat, nampak sekali pancaran kegembiraan diwajahnya. Senyum yang khas memberikan wibawa yang tinggi pada penulis sejumlah buku sejarah Kalbar ini.

Manusia berkehendak, namun pada kesudahannya Tuhanlah yang menentukan segalanya. Dan, Pak Darto pun bersimpun pada takdir Nya. Diiringi ratusan pelayat, kebanyakan anak didik almarhum semasa sekolah dulu, dengan cuaca mendung menggantung, setelah disholatka  dirumahnya yang sangat sederhana dan di masjid dekat kediamannya, jasad orang tua bijaksana ini pun diantarkan dipembaringan abadinya di Pemakaman Muslim Jalan Danau Sentarum Pontianak.

Selamat jalan guru kami, selamat jalan sejarawan, kelak di kampung akhirat tempat kita yang kekal abadi kita akan berjumpa lagi, akan kita lanjutkan diskusi dan canda tawa kita yang sementara ini terhenti.

Innalillahi waina Ilahirajiun ... Pak Darto, beristirahatlah dengan lapang dan tenang di alam sana, doa kami senantiasa kepada Nya agar engkau dicurahkan rahmad dan ampunan dari Allah Swt.

*) Syafaruddin Usman MHD, peminat kajian sejarah dan budaya kalimantan Baray.
Share:

Flickr

Powered by Blogger.

Labels

Unordered List

Theme Support